Senin, 19 Januari 2009

Mehrunnisa the Twentieth Wife

I. IDENTITAS BUKU
1. Judul : Mehrunnisa the Twentieth Wife
2. Pengarang : Indu Sundaresan
3. Penerbit : hikmah
4. Kota terbit : Jakarta Selatan
5. Tahun terbit : 2008
6. Cetakan : ke-1


III. SINOPSIS
Mehrunnisa adalah putri dari Ghias dan Asmat. Sewaktu masih bayi, Merunnisa sempat di buang oleh orang tuanya karena tidak memiliki uang untuk merawatnya. Namun, untunglah dia diketemukan oleh kenalan Ghias yang bernama Mirza. Pada waktu itu Ghias melarikan diri dari Persia dan diperkenalkan kepada Sultan Akbar di India. Karena Sultan Akbar merasa simpatik pada Ghias, Ghias diberikan kedudukan dan harta yang berlimpah.
Mehrunnisa adalah seorang anak yang pintar dan selalu ingin tahu. Ia pun dapat menarik perhatian Ruqayya, istri kesayangan sultan. Pada umur delapan tahun, Mehrunnisa di ajak ibunya melihat pernikahan Pangeran Salim, putra dari Sultan Akbar. Di sanalah ia merasakan cinta kepada Pangeran Salim dan bercita-cita ingin menikah dengannya kelak.
Salim sempat berusaha merebut tahta dari ayahnya sendiri. Salim menyogok orang kepercayaan ayahnya untuk meracuni beliau. Hal ini sebenarnya sudah diketahui oleh Sultan Akbar. Namun ia tidak mempercayainya. Hingga pada akhirnya sultan sakit parah. Sultan Akbar sangat terpukul. Ia memecat orang suruhan Salim. Setelah kejadian itu, Sultan Akbar tidak pernah lagi mempercayai putranya itu.
Pada saat umurnya sudah matang dan cukup untuk menikah, Mehrunnisa dijodohkan oleh Sultan Akbar dengan seorang prajurit yang yang berjasa bagi kerajaan, yakni Ali Quli. Mehrunnisa tidak bisa menerimanya. Kemudian Mehrunnisa berusaha menarik perhatian Salim. Mehrunnisa dan Salim hanya bertemu tiga kali, namun Salim juga tertarik dengan Mehrunnisa. Pertemuan mereka diketahui oleh Ruqayya. Salim berjanji akan berusaha membatalkan pernikahan Mehrunnisa dan Ali Quli. Namun permintaan Salim tidak dikabulkan oleh kedua orang tuanya.
Setelah Mehrunnisa menikah dengan Ali Quli, ia tak kunjung mendapatkan anak. Mehrunnisa selalu keguguran saat mengandung. Ali Quli mengatakan bahwa, Mehrunnisa tidak dapat memelihara benih darinya karena memikirkan pria lain. Suatu ketika, Mehrunnisa sudah hamil dua bulan. Saat ia pulang dari rumah orang tuanya, ia melihat Ali Quli berselingkuh dengan budaknya di kamar mereka. Saat itu Mehrunnisa tidak terima dan marah besar pada Ali Quli. Namun, Ali Quli balik marah kepadanya. Akibat tekanan yang besar saat itu, Mehrunnisa keguguran lagi.
Suatu saat, pusat pemerintahan dipindahkan ke Deccan karena adanya permasalahan di kerajaan. Saat itu Pangeran Salim mendapatkan kepercayaan untuk memimpin pasukan. Ia di temani oleh Ali Quli. Pangeran Salim sangat sedih ketika Ali Quli menghujat Mehrunnisa karena tak kunjung mmendapatkan anak.
Pangeran Salim terbujuk rayuan teman-temannya untuk kembali memberontak pada ayahnya dengan merebut gudang harta di Agra. Namun lagi-lagi rancananya gagal. Pemberontakannya sudah diketahui terlebih dahulu oleh ayahnya. Pangeran Salim sangat malu saat itu. Waktu itu Salim ditemani oleh Ali Quli. Namun karena rencananya gagal, Ali Quli Meninggalkan Salim secara diam-diam.
Suatu ketika, Ali Quli berniat memberontak pada sultan dengan mendukung Khusrau (anak Salim) menjadi pelanjut takhta. Hal ini diketahui Mehrunnisa. Ia merasa kecewa pada Ali Quli. Namun, saat itu ia sedang hamil. Pemberontakan Khusrau berlanjut. Sampai saat Salim sudah memakai gelar Sultan Jahangir dan Jagat Gosini (istri Salim yang paling berpengaruh) sudah menjadi ratu. Salim diangkat menjadi sultan saat Sultan Akbar akan meninggal. Saat itu usia Salim 38 tahun.
Ketika Mehrunnisa melahirkan, Ali Quli sangat kecewa karena yang dilahirkan Mehrunnisa adalah anak perempuan. Namun Mehrunnisa tidak peduli jika suaminya tidak datang. Mehrunnisa menamai anaknya dengan nama Ladli yang berarti yang dicintai. Berselang sepuluh hari kemudian, Ali Quli dan Mehrunnisa menerima berita telah lahir dua putra kerajaan dari dua selir Jahangir yang berbeda.
Pemberontakan Khusrau membuat Sultan Jahangir marah. Sultan Jahangir memberi pelajaran pada putranya itu. Khusrau melarikan diri dengan orang-orang kepercayaannya. Namun Sultan Jahangir dapat menangkapnya dan memasukkan Khusrau ke penjara agar menjadi pelajaran bagi pemberontak lainnya. Namun akhirnya ia tetap melepaskan putranya sembari memperhatikan setiap tingkah lakunya Khusrau yang masih tetap membangkang.
Akhirnya Mehrunnisa bertemu kembali dengan Sultan Jahangir saat pertunangan antara putra sang sultan dengan keponakannya. Hal ini sengaja dilakukan Jahangir untuk memberi penghormatan pada Ghias. Karena Ghias adalah ayah Mehrunnisa, tentunya Mehrunnisa juga merasa terhormat.
Sultan Jahangir tidak bisa memendam keinginannya untuk menikah dengan Mehrunnisa. Untuk kali pertama Jahangir memilih sendiri siapa yang ingin ia nikahi. Pilihan itu jatuh pada Mehrunnisa. Jahangir memerintah Ghias untuk menyampaikan hal ini pada putrinya dan mengirim surat pada Ali Quli. Saat Ali Quli mengetahui hal ini, ia marah besar. Ali Quli berniat untuk memberontak pada sultan. Namun akhirnya Ali Quli meninggal dengan pembantaian yang sadis di pekarangan rumahnya oleh gubernur Koka dan prajuritnya.
Akhirnya setelah melalui banyak cobaan, Mehrunnisa dapat menikah dengan Sultan Jahangir yang dicintainya berpuluh tahun yang lalu. Jahangir menjadikannya ratu dengan panggilan Nur Jahan. Mehrunnisa mendapat banyak hadiah dari sang sultan. Salah satunya bak mandi dari batu hitam yang berukir tanggal pernikahannya dalam bahasa Persia: 25 Mei 1611.
Bersama-sama, Jahangir dan dirinya akan menjadikan kesultanan Mughal sebagai yang paling cemerlang dan paling mengagumkan di seluruh dunia. Dia ingin melakukan ini demi pria yang dicintainya begitu dalam, karena inilah yang diinginkan oleh Jahangir. Dan akhirnya Nur Jahan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di balik takhta.

Tidak ada komentar: