Minggu, 18 Januari 2009

Belahan Jiwa

I. Identitas buku

1. Judul buku : Belahan Jiwa
2. Pengarang : Nr. Ina Huda dan Widodo Aji Darma W.
3. Penerbit : PT Lingkar Pena Kreativa
4. Kota terbit : Depok
5. Tahun terbit : 2004
6. Cetakan : Pertama



II. Sinopsis

Airin, gadis kota yang hidupnya serba berkecukupan. Ia tinggal di Apartemen yang sangat indah dan bagus di daerah Pekalongan. Usaha Airin adalah membuat desain baju untuk salahsatu kebutuhan butik miliknya. Karena keuletan dan kecerdasan Airin, akhirnya ia mampu membeli mobil soluna. Dari mobil soluna merah jambu itulah kisah ini berawal.
Airin akan segera menikah dengan seorang akuntan bernama Sondah, lelaki yang selama ini ia dambakan. Sondah adalah sosok penyabar dan sangat mengerti Airin. Semenjak ayah ibunya meninggal, hanya tante Mia yang mengasuhnya. Namun itu pun masih terasa kurang. Suami tante Mia yang berwajah bule itu selalu bersikap sinis kepadanya. Mungkin hidup Airin akan sangat bahagia jika sudah menikah nanti. Ia akan berbagi susah maupun senang dengan orang yang sangat dicintainya.
Suatu hari, Airin diajak Sondah untuk menemui keluarganya di sebuah Desa. Bukan hanya menemui, tetapi ingin melangsungkan pernikahan di sana. Saat perjalanan, mungkin Airin harus berkali-kali menahan nafas. Betapa tidak, mobil yang dibelinya dengan susah payah dari hasil kerjanya itu, harus dipakai dengan jarak yang cukup jauh dan medan yang tidak ringan. Belum lagi Sondah mengemudikannya dengan asal-asalan dan kadang dengan kecepatan tinggi.
Perjuangan Airin telah dimulai. Kesan pertama pun terasa kurang baik ketika ia tiba dirumah Sondah. Sungguh tidak bisa dipercaya, rumah Sondah berhalaman luas dan dipagari dengan bambu bercat hijau yang sudah kusam. Ketika tiba di ruangan, tampak kursi-kursi yang bagus dari bahan jati pilihan yang desainnya menarik, tetapi karena menatanya asal-asalan, maka terkesan tidak menarik. Belum lagi hiasan-hiasan dinding yang cenderung asal tempel, membuat ruangan itu tidak enak dilihat. Begitu banyak hal-hal yang diperhatikan Airin ketika masuk ke rumah Sondah. Semua terasa kurang nyaman dan tidak rapi. Hal ini sangat ia rasakan ketika melihat kamar tidur yang akan ditidurinya selama dua minggu lebih. Rasa kangen terhadap Apartemennya pun kini kian bertambah.
Hari demi hari, Airin selalu dihantui rasa takut dan gundah. Hatinya tidak bisa berkata-kata ketika melihat kamar tidurnya yang penuh dengan misteri. Apalagi ketika Siti, adik Sondah menunjukkan letak kamar mandi yang sungguh menyeramkan. Letaknya berada di dekat kebun, di samping kerindangan pohon jambu.
Suatu hari, kejadian aneh pun terjadi. Airin tiba-tiba terbangun dan menjelma menjadi sesosok yang berbeda. Ia merasa dirinya bukanlah Airin. Ia tidak mengenal tempat yang sedang dijamahinya sekarang, ia tidak mengenal Sondah, tidak mengenal semua orang yang ada pada saat itu, termasuk keluarga Sondah. Kejadian ini tentu menjadi gempar dan sangat mengkhawatirkan. Akhirnya, mereka semua membiarkan Airin tenang dalam kamarnya sampai tiba sore hari. Wajah Airin terlihat seperti baru bangun tidur pada saat itu. Ketika ditanyakan tentang kejadian pagi hari, Airin sungguh tidak mengerti apa yang sedang diceritakan. Ia tidak merasakan hal apapun sebelumnya. Dan semua orang yang menyaksikan pernyataan Airin kini mulai ketakutan. Dalam bayangan mereka, terdapat makhluk halus yang mengganggu raga Airin. Tapi hal itu berusaha mereka lupakan. Yang terpenting adalah Airin sudah kembali seperti semula.
Hari istimewa antara Airin dan Sondah semakin hari semakin dekat. Sengaja Airin tidak mengundang tante Ami. Ia tak bisa membayangkan ketika pernikahan, datang seseorang yang super bawel dengan didampingi lelaki bule yang sangat sinis padanya. Beberapa waktu yang lalu tante Ami sempat marah dan merasa tidak dianggap olehnya. Namun hal itu terpaksa ia lakukan demi kelancaran acara.
Airin makin mendapat pelajaran yang baru dari Desa itu. Kebiasaan-kebiasaan yang menurutnya adalah hal yang aneh dan tidak wajar, kini mulai mengitari pikirannya. Airin sangat tidak nyaman dengan semua itu. Sampai saatnya suatu hari dimana ijab kabul akan dilaksanakan.
Pagi itu, saat mendengar kokok ayam, Airin merasa dibangunkan dengan mendadak. Dan saat membuka mata, ia merasa terkejut. Suasana asing itu kembali menyergapnya, dan lambat laun ia mengingat pagi itu ia harus menikah dengan Sondah, seseorang yang hanya samar-samar dalam benaknya. Ingatan itu membuatnya segera melemparkan selimut dan tergesa melongok keluar pintu kamar lewat celah pintu yang sedikit dibukanya. Bahkan dibelakang masih terdengar suara percakapan sang juru masak yang mungkin sedang mempersiapkan hidangan untuk acara nanti. Namun Airin sungguh semakin asing dengan suasana itu. Ia bergegas membuka jendela besar dekat meja rias, kemudian keluar dengan membawa tas besar. Sekali lagi ia merasa bukan Airin, yang seharusnya menikahi Sondah. Ia adalah gadis asing yang merasa asing pada semuanya.
Ketika itu, Sondah terbangun dan bergegas mandi. Dalam pikirannya, dapat dibayangkan wanita yang sangat dicintainya itu akan segera menjadi istrinya. Namun ketika selesai mandi, Sondah terkejut dengan ketidakhadiran Airin di kamarnya. Hatinya seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat. Semua orang panik luar biasa. Sondah merasakan hal yang menyakitkan. Ia seperti melihat bayangan Airin, Airin lain yang tak mengenalnya dan tak mengenal dirinya sendiri. Dan itu terjadi disaat acara pernikahannya tinggal selangkah lagi. Namun, airmata Sondah takkan bisa mengembalikannya karena Airin telah pergi, entah kemana bersama belahan jiwanya yang lain.

Tidak ada komentar: